Kemarau Ekstrem Intai RI, Begini Kata Juragan Sawit

Smog covers trees during a forest fire next to a palm plantation in Palangka Raya, Central Kalimantan province, Indonesia, September 14, 2019. Picture taken Septemnber 14, 2019. REUTERS/Willy Kurniawan

Cuaca panas ekstrem akhir-akhir ini melanda wilayah Asia, termasuk Indonesia. Di sisi lain, Badan Meteorlogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah memperingatkan, musim kemarau di Indonesia pada tahun 2023 akan tiba lebih awal.

Lalu bagaimana dampaknya terhadap produksi minyak sawit Indonesia? Seperti diketahui, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng dan juga produk oleochemical lainnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan, pasokan minyak sawit tahun ini, di tengah ancaman kemarau ekstrem tersebut tidak akan terganggu.

“Kemarau ekstrem akan berpengaruh tahun depan. Apabila terjadi tahun ini, menghambat pematangan buah sehingga matangnya agak terlambat,” kata Eddy kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/4/2023).

Eddy menegaskan, meski kondisi stok akhir minyak sawit di dalam negeri saat ini sekitar 2 juta ton, masih terbilang aman.

“Masih aman (pasokan ke dalam negeri dan global),” katanya.

GAPKI mencatat, stok minyak sawit per bulan Februari 2023 sebanyak 2,63 juta ton. Angka ini menyusut dari posisi Janauri 2023 yang tercatat 3,09 juta ton. Dan, jauh lebih rendah dibandingkan Februari 2022 yang mencapai 5,05 juta ton.

“Menurut BMKG peluang terjadinya El Nino kecil dan dan semakin mengecil sampai memasuki akhir musim kemarau 2023. Sehingga diharapkan kenaikan produksi akan terealisasi,” dikutip dari keterangan tertulis GAPKI pada Maret lalu.

“Namun, kekhawatiran terbesar di musim kemarau adalah kebakaran hutan dan lahan. Oleh sebab itu anggota GAPKI diminta mempersiapkan sarana, prasarana, dan tenaga untuk menghadapi musim kemarau,” bunyi rilis tersebut.

Sebelumnya, BMKG pada awal Maret 2023 lalu merilis, curah hujan selama musim kemarau diprediksi normal-lebih kering dibandingkan biasanya.

“Puncak Musim Kemarau 2023 diprediksi terjadi pada Agustus 2023,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis dikutip dari situs resmi BMKG, Jumat (28/4/2023).

“Pada semester kedua, terdapat peluang sebesar 50-60% kondisi Netral akan beralih menuju Fase El Nino. Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini berada pada kondisi netral dan diprediksi akan bertahan hingga akhir tahun 2023,” katanya.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*