Harga CPO Tertunduk Lesu karena Kabar Buruk dari IMF

Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau terkoreksi di sesi awal perdagangan Rabu (12/4/2023).

Pelemahan sekaligus memutus penguatan dua hari sebelumnya.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau terkoreksi 0,15% ke posisi MYR 3.882 per ton pada pukul 09:00 WIB.

Meskipun melemah, posisi ini merupakan level tertinggi sejak perdagangan 5 April dan membawanya masih di level 3.800-an.

Pada perdagangan Selasa (11/4/2023) harga CPO ditutup menguat 1,13% ke posisi MYR 3.837 per ton. Dengan ini, dalam 2 hari perdagangan CPO sudah menguat 2,48%, dalam sebulan harga CPO naik 3,38%. Namun masih terkoreksi 6,85% secara tahunan.

Terkoreksinya harga CPO terjadi di tengah sentimen positif ekspektasi pengetatan pasokan serta spekulasi pelaku pasar tentang perubahan kebijakan ekspor Indonesia.
Namun, kabar buruk dari Dana Moneter Internasional (IMF) membuat harga CPO lesu. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 akan mencapai 2,8% dan sebesar 3% pada 2024.

Proyeksi terbaru ini lebih pesimis dibandingkan pada Januari 2023 di mana IMF masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,9% pada 2023 dan 3,1% pada 2024.

Dengan proyeksi pertumbuhan global yang lebih rendah maka permintaan akan komoditas, termasuk CPO bisa berkurang. Akibatnya harga langsung layu.

Sementara itu, Indonesia – Produsen minyak sawit terbesar dunia- pada Februari lalu telah menangguhkan beberapa izin ekspor minyak sawit untuk mengamankan pasokan dalam negeri di tengah kenaikan harga minyak goreng jelang hari raya Idul Fitri.

Pedagang mengatakan Indonesia diperkirakan akan memperbarui  kebijakan “kewajiban pasar domestik” (DMO) setelah Idul Fitri di bulan Mei.

Pemerintah pada awal pekan lalu bahwa Indonesia berencana untuk menetapkan harga referensi minyak sawit mentah pada US$ 932,69 per ton untuk periode 16-30 April. Angka ini naik dari US$ 898,29 per ton pada paruh pertama bulan ini.

Sementara dari negara tetangga Indonesia, data Dewan Minyak Sawit Malaysia menunjukkan persediaan minyak sawit pada akhir Maret tercatat turun 21,08% dari bulan sebelumnya menjadi 1,67 juta ton karena ekspor melonjak.

“Kami memperkirakan produksi lebih rendah pada April 2023 karena hari kerja lebih sedikit karena festival Hari Raya (Idul Fitri) selama bulan tersebut,” kata UOB KayHian dalam sebuah catatan dikutip dari Reuters.

Pemulihan yang kuat dalam produksi tidak mungkin terjadi karena pohon kelapa sawit menunjukkan tanda-tanda stres akibat terlalu banyak curah hujan selama tiga tahun terakhir, dan pemeliharaan lahan yang buruk.

Sementara itu, berdasarkan data surveyor kargome laporkan bahwa ekspor dari Malaysia selama periode 1-10 April turun antara 16% dan 35,6% dari minggu yang sama di bulan Maret.

Permintaan minyak sawit mentah mungkin lemah karena pasokan yang kuat dari minyak nabati lainnya secara global, sementara itu juga kehilangan daya saing harga.

Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 naik 0,9%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 naik 3,1%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,2%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Menurut analis teknikal Wong Tao yang dikutip Reuters, pada perdagangan hari ini harga CPO mungkin terus melambung ke MYR 3.910 per ton, penembusan di atasnya bisa membuka jalan MYR 3.980 per ton.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*