– Laju penguatan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) masih belum terbendung, kemarin rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 14.881/US$, menguat 0,12% di pasar spot melansir data Refinitiv. Rupiah kini semakin dekat dengan rekor terkuat 2023 Rp 14.830/US$ yang dicapai pada 2 Februari lalu.
Pelaku pasar saat ini menanti rilis data inflasi Amerika Serikat yang bisa memberikan gambaran kebijakan moneter yang akan diambil The Fed. Saat ini pasar masih bingung apakah The Fed akan kembali menaikkan suku bunga dua kali lagi, satu kali atau malah tidak menaikkan lagi.
berdasarkan survei Reuters CPI diprediksi tumbuh 5,2% year-on-year (yoy) pada Maret, turun dari bulan sebelumnya 6% (yoy). Namun, yang menjadi masalah, CPI inti diprediksi tumbuh 5,6% (yoy) lebih tinggi dari sebelumnya 5,5% (yoy).
CPI inti tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan, artinya inflasi di sektor yang tidak volatil sulit turun.
Secara teknikal, rupiah saat ini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200. Sehingga ruang penguatan tentunya terbuka lebih besar.
Penguaran Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus level psikologis setelah sukses melewati Rp 15.090/US$ yang sebelumnya menjadi support kuat.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Selama mampu bertahan di bawah level psikologis Rp 15.000/US$, rupiah berpeluang menguat lebih jauh ke kisaran Rp 14.900/US$ – Rp 14.840/US$ yang menjadi support kuat pekan ini.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian mulai masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Dengan stochastic masuk wilayah oversold, artinya ada risiko rupiah mengalami koreksi. Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.930/US$, jika ditembus ada risiko rupiah melemah menuju level psikologis Rp 15.000/US$.