Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa aset keuangan syariah Indonesia terlepas dari saham syariah mencapai Rp2,37 kuadriliun.
Total aset keuangan syariah capai 2.375,84 triliun. Adapun perbankan menjadi industri yang paling besar pangsa pasarnya dengan perolehan aset Rp 802,26 triliun. Hal ini terus mengalami kenaikan dari tahun lalu yang berkisar di angka Rp 693,8 triliun.
Adapun pembiayaan yg diberikan sebesar Rp 508,07 triliun dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 619,51 triliun. Dari, ketiganya menunjukkan pertumbuhan double digit. Aset bank syariah berhasil tumbuh 15,3%. Kemudian untuk pembiayaan 20,44%, dan DPK 12,93%.
Di sisi lain, jumlah rekening atau share asset perbankan syariah dibanding total aset perbankan nasional pun ikut tumbuh 7,09% dibandingkan Desember 2021. Hal ini ditopang dengan berdirinya 20 Unit Usaha Syariah (UUS), 13 Bank Usaha Syariah (BUS) dan 167 BPRS.
“Jumlah rekening pun meningkat, hingga Desember 2022, tercatat 51,29 juta rekening DPK. Sementara itu, Rekening pembiayaan tumbuh 7,77 juta rekening atau tumbuh 14%,” kata Direktur Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK Nyimas Rohmah, di Media Briefing, Selasa, (11/4/1012).
Adapun kinerja perbankan Syariah secara umum mengalami kenaikan, untuk Aset dan DPK. Namun, pembiayaan sempat turun tajam pada 2021 saat pandemi.
“Dari sisi kinerja, pertumbuhan positif. Tapi chart kuning memperlihatkan pembiayaan ada pernah perlambatan tapi di 202 pernah bounce up sampai 20,44%. Ini lebih tinggi dari masa pandemi,” ungkap Nyimas.
Untuk mendorong pertumbuhan di tahun 2023. Salah satu prioritas OJK 2023 adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat investasi syariah dan hijau global.