Emiten baru yang bergerak di sektor pertambangan dan pemurnian nikel, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) dibuka menguat pada debut perdana, namun gagal menyentuh batas auto rejection atas (ARA).
Pada perdagangan Rabu (12/4/2023) pergerakan harga saham milik Grup Harita tersebut naik terbatas 2,4% ke posisi Rp 1.280 pada pukul 09.30 WIB. Namun jika melihat di awal pembukaan perdagangan, saham NCKL sempat naik ke di harga Rp 1.410 dan kemudian jatuh ke harga terendah di Rp 1.205.
Diketahui hari ini adalah hari perdana NCKL listing di Bursa Efek Indonesia dengan harga pembukaan di Rp 1.250. Dimana dana segar yang didapatkan berkisar Rp 9,9 triliun dan merupakan IPO dengan penggalangan dana terbesar di 2023 sejauh ini.
Sebelumnya, banyak investor ritel skeptis akan debut perdana NCKL setelah mengetahui jumlah alokasi yang didapatkan relatif besar.
NCKL saat ini sudah mulai melakukan aksi ekspansi dan akan terus memperluas bisnis perusahaan dari perolehan dana IPO. Dimana hilirisasi nikel Grup Harita bakal memasuki babak baru. Tahun ini, perusahaan patungan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) dan Lygend Resources & Technology Co., Ltd (Lygend), yakni PT Halmahera Persada Lygend (HPL), berencana memulai produksi komersial Nikel Sulfat (NiSO4) dan Kobalt Sulfat (CoSO4).
Direktur NCKL, Tonny H. Gultom mengatakan, uji coba alias commissioning fasilitas produksi Nikel Sulfat sedang berjalan. Kalau tidak aral melintang, produksi komersial Nikel Sulfat diharapkan bisa dimulai pada Mei atau paling lambat Juni 2023. Untuk produksi Kobalt Sulfat diharapkan bisa menyusul di tahun yang sama.
Mengutip prospektus perusahaan, NCKL memiliki kepemilikan saham sebesar 45,10%. HPL merupakan entitas asosiasi NCKL.
Namun ada banyak perusahaan nikel yang mulai berekspansi di tahun 2023 dan memiliki kapitalisasi pasar yang cukup besar, berikut beberapa emiten-emiten nikel yang ada di Indonesia.