Saham emiten pertambangan emas di Indonesia terpantau beragam dengan mayoritas melemah pada perdagangan sesi I Rabu (12/4/2023), di tengah masih volatilnya harga emas acuan dunia.
Hingga pukul 09:46 WIB, dari enam saham pertambangan emas di RI, tiga diantaranya melemah, dua cenderung stagnan, dan satu saham terpantau menguat.
Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Wilton Makmur Indonesia | SQMI | 67 | -1,47% |
Archi Indonesia | ARCI | 352 | -0,56% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 4.130 | -0,48% |
Bumi Resources Minerals | BRMS | 165 | 0,00% |
Aneka Tambang | ANTM | 2.110 | 0,00% |
J Resources Asia Pasifik | PSAB | 109 | 0,93% |
Sumber: RTI
Saham PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) menjadi saham yang paling besar koreksinya pada sesi I hari ini, yakni merosot 1,47% ke posisi harga Rp 67/saham.
Sedangkan untuk saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) cenderung stagnan pada sesi I hari ini.
Sementara untuk saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) terpantau menguat 0,93% menjadi Rp 109/saham.
Bervariasinya pergerakan saham pertambangan emas RI pada hari ini terjadi di tengah masih volatilnya gerak harga emas acuan dunia.
Harga emas bergerak sangat labil menjelang pengumuman inflasi Amerika Serikat (AS) malam nanti.
Pada penutupan perdagangan Selasa (11/4/2023), emas ditutup menguat 0,66% di posisi US$ 2003,14 per troy ons.
Penguatan ini memutus tren negatif emas yang ambruk pada dua hari perdagangan sebelumnya.
Penguatan juga membawa emas kembali masuk ke level psikologis US$ 2.000 per troy ons setelah sempat terlempar kemarin.
Harga emas juga masih menguat pada pagi hari ini. Per pukul 06:50 WIB, harga emas ada di posisi US$ 2.004,24 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,05%.
Analis dari TD Securities, Bart Melek, menjelaskan emas kembali menguat karena pelaku pasar kini ragu-ragu jika bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) akan hawkish.
Kondisi tersebut ikut membuat dolar AS tertekan sehingga emas kembali diburu. Indeks dolar kemarin ditutup pada 102,2 atau lebih rendah dibandingkan Senin yang tercatat 102,5.
“Pada tahap ini, pasar tidak terlalu dipusingkan dengan kenaikan sebesar 25 bp. Apa yang dicari pasar lebih kepada kemungkinan pivot kebijakan dan sinyal-sinyal jika The Fed akan memangkas suku bunga pada semester II-2023,” tutur Melek, kepada Reuters.
Ekspektasi pasar kini menunjukkan 72% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Mei mendatang. Bandingkan dengan pekan lalu di mana angkanya hanya 43%.
Ekspektasi pasar akan berubah jika data inflasi AS tidak sesuai keinginan pasar.
AS akan mengumumkan data inflasi Maret pada Rabu pukul 19:00 WIB. Inflasi AS melandai ke 6% (year-on-year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari.
Inflasi adalah salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan suku bunga pada Mei mendatang. Jika inflasi masih membandel, bukan tidak mungkin The Fed akan tetap hawkish. Harga emas pun terancam.
“Jika inflasi lebih tinggi sehingga ada kemungkinan kebijakan hawkish diperpanjang maka ada ongkos lebih mahal untuk mempertahankan emas. Emas tidak menarik,” tutur analis DailyFX, Warren Venketas.